Methodis

TENTANG METHODIS / WESLEYAN

  • AWAL KEMUNCULAN
  • AJARAN POKOK
  • TATA IBADAH DAN CARA HIDUP
  • PERKEMBANGAN DI DUNIA
  • JALAN MASUK KE INDONESIA
  • PERKEMBANGAN DI INDONESIA
  • INSTITUSI DAN ORGANISASI

    AWAL KEMUNCULAN METHODIS

    Aliran ini muncul di Inggris pada pertengahan abad ke-18 sebagai akibat dari pengaruh gerakan Pietisme (kesucian hidup) yang mulai merebak di Eropa Barat. Pietisme lahir pada sekitar abad ke -17 sebagai reaksi atas kondisi gereja-gereja Anglican, Lutheran dan Calvinis (reformed) yang semakin kaku, dingin, tidak bergairah dan kurang menghargai manusia sebagai pribadi. Pada waktu itu umat merindukan sentuhan yang lebih mesra, spontan dan personal. Salah seorang anak pendeta dari Gereja Anglican, John Wesley (yang menyelesaikan pendidikan teologi di Oxford College. Pada tahun 1728, John Wesley ditahbiskan menjadi imam / pendeta di gereja Anglican), tertarik pada gerakan Pietisme ini. Bersama adiknya, Charles Wesley (1703-1791), mereka mendirikan Holy Club di Oxford yang bertujuan memperkaya kehidupan rohani anggotanya dengan jalan mengadakan penelaan Alkitab.

    Hidup John Wesley berubah secara dramatis setelah mengalami pertobatan pada tanggal 24 Mei 1738. Saat itu ia sedang mengikuti persekutuan dan secara tiba-tiba ia merasa hatinya dihangatkan dan ia benar-benar mempercayakan dirinya pada KRISTUS. Pengalaman ini menjadi titik balik kehidupan Wesley sekaligus menyadarkannya bahwa banyak orang Inggris tidak memiliki iman dan kesucian. Sejak itu ia memulai rangkaian perjalanan penginjilan, menghimbau orang-orang agar memiliki iman kepada KRISTUS dan kesempurnaan sebagai anak-anak ALLAH. Ia menjalani hampir seluruh Inggris raya dengan menunggang kuda. Pada waktu itu banyak rohaniawan Anglican keberatan atas teknik kebangunan rohani yang digunakan Wesley, lalu tidak mengijinkan dia maupun pengikutnya berkotbah di gereja mereka. Karena itulah untuk menghimpun masyarakat yang tertarik atas pemberitaan mereka, Wesley sering menyelenggarakan pertemuan dalam bentuk Camp Meeting (pertemuan di perkemahan). Metode dan bentuk pertemuan yang berbeda dengan penginjilan yang biasa dilakukan Anglikan yang kemudian menjadi tradisi di lingkungan Metodis. Dan dari sinilah lahir istilah “Methodis”, yang semula merupakan cemohan terhadap warga perkumpulan ini.

    Kendati Methodis ditentang oleh gereja tradisional, namun gereja yang bersemangatkan pietisme ini masih terbuka pada ajaran dan praktek kristiani yang tradisional dan tidak bermusuhan dengan lembaga-lembaga induknya (gereja-gereja reformatoris). Sebab kaum Pietis lebih banyak berkarya dengan menggunakan bentuk-bentuk yang lama sambil berupaya agar di dalamnya terdapat kehidupan roh.

    Di Inggris, Wesley melarang persekutuan Methodist membentuk gereja sendiri di luar gereja resmi yang ada. Beberapa tahun setelah John Wesley meninggal, barulah kaum Methodis memisahkan diri dari gereja Anglican pada tahun 1740-an mereka mulai memprakarsai pembentukan persekutuan (gereja) tersendiri.

    AJARAN POKOK

    Dosa Warisan– Wesley mengajarkan adanya dosa warisan namun kerusakan manusia sebagai gambar ALLAH tidak total (Bandingkan dengan ajaran Calvin yang mengatakan bahwa manusia sebagai gambara ALLAH telah rusak total ). Pada waktu manusia jatuh ke dalam dosa, yang rusak total adalah moral image (kebenaran, kesucian, kasih sedangkan natural image(spiritualitas, intelektualitas, kebebasan kehendak, ketidakfanaan dan kemampuan menguasai ciptaan ) tidak hilang. Menurut Wesley, keselamatan adalah restorasi moral image yang hilang.
    Keselamatan – adalah anugerah ALLAH (sola gratia). Keselamatan diterima oleh manusia karena anugerah pembenaran ALLAH yang mengampuni dosa manusia dan diterima oleh iman, bukan karena perbuatan manusia. Anugerah pembenaran ini menjadikan manusia memasuki lembaran hidup baru yaitu bertobat, percaya dan berbalik dari dosa masuk ke dalam hidup bersama ALLAH.
    Kelahiran Kembali (lahir baru): Ini adalah tindakan Allah dan melaluinya seseorang dibawa masuk ke dalam kerajaanNya dan mengalami perubahan di dalam hati. Hanya dengan mengalami kelahiran kembali inilah seseorang bisa menjadi Kristen yang sungguh-sungguh.
    Kesaksian Roh: “Yang kumaksud dengan kesaksian Roh”, kata Wesley, “adalah kesan batiniah di dalam jiwa, yang dengan Roh Allah segera dan langsung bersaksi kepada rohku bahwa aku adalah anak Allah; bahwa Yesus Kristus mengasihiku dan telah memberi diriNya bagiku; bahwa semua dosaku telah dihanyutkan, dan aku pun diperdamaikan dengan Allah”.
    Penebusan Universal.– Berbeda dari Calvin yang menyatakan bahwa Allah melalui penebusan Kristus hanya menyelamatkan orang-orang yang telah lebih dahulu ditetapkan dan dipilih-Nya, Wesley dan umat Methodist menegaskan bahwa penebusan dan keselamatan disediakan Allah bagi semua orang yang mau menerimanya. Kristus mati untuk semua orang. Pengharapan dan janji bukanlah hanya untuk sekelompok orang, melainkan untuk setiap orang.
    Jatuh dan kehilangan kasih karunia. Kendati penebusan dan keselamatan disediakan bagi semua orang dan kendati seseorang telah menerimanya, bisa saja bahwa pada akhirnya ia kehilangan kasih karunia Allah itu sebab bisa saja pada akhir hidupnya ia murtad. Dengan ini sekaligus ditolak pandangan Calvin, bahwa bila seseorang telah ditetapkan dan dipilih Allah sejak semula untuk selamat, ia tidak mungkin kehilangan keselamatan itu. Karena adanya kemungkinan untuk jatuh dan kehilangan kasih karunia ini, maka gereja Metodis selalu mengingatkan umat beriman agar waspada dan berdoa, agar jangan jatuh ke dalam pencobaan.
    Kesucian dan Kesempurnaan Hidup Kristiani: Kendati sangat menekankan kesucian dan kesempurnaan hidup, Wesley dan umat Metodis cukup moderat tentang hal ini. Di satu pihak kesempurnaan itu merupakan tujuan yang diupayakan pencapaiannya di dalam kehidupan masa kini, tetapi di lain pihak merupakan upaya tidak pernah berakhir. Dengan begitu kesempurnaan itu harus dikejar dan diupayakan terus menerus sepanjang hidup, dan lebih dititikberatkan pada kesempurnaan motivasi dan kerinduan.

    TATA IBADAH DAN CARA HIDUP

    Penginjilan dan Semangat Injil Gereja Methodist mendorong umatnya agar memiliki semangat penginjilan. Setiap jemaat lokal harus punya perhatian dan upaya konkret di bidang ini. Tujuan terutama adalah menjangkau orang yang belum mendengar Injil agar pada akhirnya sebanyak mungkin orang mendapat tempat di dalam Kerajaan Allah yang dipenuhi dengan damai sejahtera. Metode penginjilan bisa bermacam-macam tetapi prinsipnya tetap sama: mengkomunikasikan kebenaran Allah kepada manusia. Diantara sekian banyak metode, yang sering digunakan adalah kotbah kebangunan rohani (revival preaching) dan perkunjungan penginjilan ( visitation evangelism )
    Izin untuk mengangkat sumpah. Wesley dan umat Metodis menegaskan bahwa orang Kristen dapat mengangkat sumpah. Mereka yakin bahwa Alkitab tidak melarang orang Kristen melakukan hal itu di hadapan pemerintah dan pengadilan, asalkan sumpah itu sesuai dengan iman, kasih di dalam keadilan dan kebenaran.
    aliran metodis menganut sistem episkopal. Dalam organisasinya, lembaga tertinggi adalah Konferensi Agung sedangkan pimpinan eksekutif tertinggi adalah seorang Bishop. Bishop bersama para pimpinan Distrik membentuk kabinet, dan untuk pekerjaan di kantor pusat didampingi sejumlah staf. Di lapangan, secara hierarkhis terdapat Konferensi Distrik yang dipimpin Pimpinan Distrik, Konferensi Resort yang dipimpin Pendeta Resort dan Konferensi Jemaat yang dipimpin Majelis jemaat ( termasuk di dalamnya pendeta jemaat dan guru Injil )

    PERKEMBANGAN DI DUNIA

    Aliran Methodist menandai bangkitnya semangat kebangunan rohani (revival) di Inggris yang kemudian menyebar ke seluruh dunia. Dari Inggris, Wesley mengirim utusan ke Amerika untuk membentuk sebuah organisasi gereja Methodist di sana. Selama satu abad (1820-1920) rumpun gereja Methodist di Amerika Serikat merupakan yang terbesar di lingkungan Protestan. Salah satu faktor atau kekuatan yang membuat gereja Methodist bisa menjadi gereja terbesar pada masa itu adalah ajarannya mengenai kesucian dan kesempurnaan hidup. Di tengah kemerosotan kualitas moral dan ketiadaan pegangan yang pasti di Amerika Serikat setelah perang saudara tahun 1860-an, paham dan gerakan kesucian yang menjadi ciri khas gereja Methodis memberi ketenangan dan kepuasan rohani bagi banyak orang.

    Pada paruh kedua abad ke-19 timbul suatu gerakan di dalam Metodis yakni “Holiness Movement” (Gerakan Kesucian) yang bertujuan:
    1. Ingin kembali ke kegairahan dan kesederhanaan yang terdapat dalam Gereja Metodis pada masa John Wesley.
    2. Menekankan kembali pertobatan secara mendadak yang menjadi cita-cita dalam kebangunan Metodis abad ke-18.
    3. Kesempurnaan Kristen yang dianjurkan dalam teologi Wesley dan yang mula-mula dipertahankan dalam praktik kehidupan jemaat

    JALAN MASUK KE INDONESIA

    Misi Metodis sebenarnya telah masuk ke Indonesia sejak tahun 1870-an, dari Singapura dan Malaya. Sejak akhir 1880-an sebenarnya sudah ada niat meluaskan pekabaran Injil ke Indonesia. Niat itu muncul setelah sejumlah pemuda Tionghoa maupun pribumi dari Jawa dan Sumatera datang bersekolah di sekolah-sekolah Methodist di Singapura dan Penang. Beberapa misionari meninjau Jawa, Kalimantan, Sumatera Timur, Tapanuli dan Sumatera selatan, termasuk pulau Bangka. Tetapi baru pada tahun 1905 barulah misi ini bekerja dengan lebih nyata, terutama di Jawa dan Sumatera, dan menghasilkan sejumlah jemaat.
    Di Jawa, misi Methodist bekerja sejak tahun 1905. Seorang misionaris, J.R. Denyes dari Singapura membuka kursus bahasa Inggris dan sekolah di Bogor sebagai wahana penginjilan. Di Bogor didirikan jemaat Methodist pertama di Jawa dengan anggota sebagian besar dari kalangan Tionghoa. Dari Bogor, misi Methodist meluas hampir ke seluruh Jawa, menghasilkan sejumlah jemaat baru, sebagian besar di Jakarta dan sekitarnya tetapi ada juga di Surabaya dan sekitarnya. Sekolah-sekolah berbahasa Tionghoa dan bahasa Inggris yang diselenggarakannya menjadi daya tarik yang sangat kuat dan seringkali menjadi motivasi utama bagi masyarakat peranakan Tionghoa untuk menjadi anggota gereja Methodist. Sejak tahun 1920, akibat keterbatasan daya dan dana, misi Methodist menghentikan pekerjaan di pulau Jawa. Jemaat-jemaat mantan asuhan misi Methodist di Jawa Barat yang ditinggalkan sejak 1920-an kemudian menjelma menjadi Gereja Kristus.
    Pada tahun 1905, misi Methodist juga dilakukan di Sumatera. Di sana jemaat-jemaat Methodist berkembang dengan menjangkau kalangan Tionghoa dan berbagai suku pribumi terutama suku Batak.

    PERKEMBANGAN DI INDONESIA

    Gereja Methodist Indonesia (GMI) berdiri sendiri sejak 9 Agustus 1964 . GMI berpusat di Medan. Gereja ini mengasuh banyak sekolah yang terkenal kualitasnya. Setelah Indonesia merdeka, terutama sejak tahun 1960-an , GMI kembali hadir di Jawa terutama di Jakarta dan sekitarnya.
    Dewasa ini pengikut Gereja/aliran Metodis kebanyakan terdapat di Sumatera, dan karena itu aktivitas Metodis dapat dikatakan terkonsentrasi pula di wilayah tersebut. Jemaat-jemaat yang berhasil ditumbuhkan di Sumatera kemudian menjelma menjadi Gereja Methodist Indonesia (GMI), yang menetapkan otonominya sejak 9 Agustus 1964.

    INSTITUSI DAN ORGANISASI

    INTERNASIONAL
    * Gereja Kristen Apostolik
    * Gereja Persekutuan Alkitab
    * Christian & Missionary Alliance
    * Gereja Misi Kristen
    * Gereja Kristus (Kesucian) AS
    * Gereja Allah (Anderson)
    * Gereja Allah (Guthrie, Oklahoma)
    * Gereja Allah (Kesucian)
    * Konferensi Umum Gereja-gereja Allah (Winebrenner)
    * Gereja Nazarin
    * Gereja Misioner
    * Gereja Kristen Bersatu
    * Allegheny Wesleyan Methodis Connection
    INDONESIA
    * Gereja Methodist Indonesia (GMI)
    * Gereja Kristus
    * Gereja Yesus Kristus Mangga Besar

    Sumber Pustaka:
    http://id.wikipedia.org/wiki/Methodisme
    http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Methodis
    Jurnal Intim No. 4 – Semester Genap 2003 oleh Pdt. Daniel Sopamena M.Th

  • kembali ke atas (2010) Tim PPGI