Injili

TENTANG

Pada mulanya istilah Injili (Evangelical) ditujukan kepada para penulis dalam gereja Roma Katolik di abad ke-16 yang pemikirannya cenderung mengutamakan keyakinan-keyakinan dan praktik-praktik kelakuan yang alkitabiah. Mereka menekankan pentingnya membaca Alkitab, iman kepada Yesus sebagai Juruselamat pribadi, dan kesalehan hidup. Pada awalnya kelompok yang dimotori para kardinal ini tidak dianggap berbahaya, dan bahkan diterima sebagai gerakan penyegaran rohani. Namun, pada masa Reformasi kelompok ini dipandang sebagai pendukung gerakan Reformasi, dan dengan demikian dianggap anti Katolik. Gereja yang didirikan Luther dan para pengikutnya yang memisahkan diri dari gereja Roma Katolik disebut Evangelische Kirche (terjemahan harfiah: Gereja Injili). Baru pada ke-17 istilah Protestan semakin populer dan menggantikan istilah Injili.

  • AWAL KEMUNCULAN
  • AJARAN POKOK
  • TATA IBADAH DAN CARA HIDUP
  • PERKEMBANGAN DI DUNIA
  • JALAN MASUK KE INDONESIA
  • PERKEMBANGAN DI INDONESIA
  • INSTITUSI DAN ORGANISASI

    AWAL KEMUNCULAN

    Sama seperti beberapa gerakan/aliran yang telah diuraikan di depan, sulit ditentukan dengan tepat kapan sebenarnya awal kelahiran/kemunculan gerakan/aliran Injili ini. Tetapi sebagian besar peneliti berpendapat bahwa untuk memahami aliran ini, kita harus memulainya dengan melihat pada “Fundamentalisme”, karena aliran ini (Injili) secara langsung melanjutkan dan mengembangkan semangat dan paham Fundamentalisme.
    Fundamentalisme adalah suatu gerakan yang muncul di Amerika Serikat pada awal abad ke-20 dan bersifat antar-denominasi dan antar-konfesi. Fundamentalisme ini dicirikan oleh pembelaan dan kesetiaan yang teguh dan militan atas seperangkat dasar-dasar iman (fundamental of faith) terutama kelima butir berikut:
    1) pengilhaman dan kemutlakan Alkitab;
    2) keilahian Kristus dan kelahirannya dari anak dara;
    3) kematian Kristus sebagai ganti dan penebus manusia;
    4) kebangkitanNya secara jasmani; dan
    5) kedatanganNya kedua kali.
    Di samping itu, gerakan ini ditandai pula oleh “mentalitas separatis”, yakni membenarkan pemisahan secara religius dari siapa saja yang tidak menyatakan bersedia menerima dasar-dasar iman di atas.
    Akan tetapi perlu dicatat bahwa kendati aliran Injili adalah kelanjutan dari Fundamentalisme, harus ditegaskan bahwa keduanya tidak persis sama. Aliran Injili, sebagaimana dikonotasikan oleh namanya, merupakan gerakan yang lebih menganut sikap konstruktif ketimbang defensif-separatis seperti tersirat pada istilah fundamentalis.
    Kalau demikian kapan gerakan/aliran Injili ini pertama kali muncul? Jawabannya ialah pada pertengahan abad ke-20, di Amerika Serikat. Tokoh yang bisa disebut dengan hormat sebagai organisator gerakan/aliran Injili ini ialah Harold Ockenga. Dalam rangka menanggalkan kecenderungan  separatis pada fundamentalisme, ia menegaskan bahwa tugas kaum Injili haruslah “merembesi” (gereja dan masyarakat) ketimbang memisahkan diri (dari padanya).

    AJARAN POKOK

    · Kitab Suci (Alkitab) adalah bagian hakiki dan rekaman yang patut dipercaya tentang penyingkapan diri yang ilahi. Semua kitab di dalam Perjanjian Lama dan Baru, yang diberikan oleh pengilhaman ilahi, adalah Firman Allah yang tertulis, satu-satunya ajaran yang mutlak bagi iman dan kelakuan.
    · Roh yang bekerja di dalam kita: Roh Kudus, melalui proklamasi Injil, membarui hati kita, membujuk kita agar bertobat dari dosa-dosa kita dan mengakui Yesus sebagai Tuhan. Oleh Roh yang sama kita dipimpin untuk percaya pada belas kasihan ilahi, yang olehnya kita diampuni dari semua dosa kita, dibenarkan oleh iman semata-mata melalui jasa Kristus Juruselamat kita, dan terjamin mendapat anugerah Cuma-Cuma berupa kehidupan kekal.
    · Gereja yang di dalamnya kita melayani: Gereja diundang oleh Kristus  untuk mempersembahkan ibadah yang berkenan kepada Allah dan melayani Dia dengan memberitakan Injil dan menjadikan segala bangsa muridNya, dengan menggembalakan kawanan domba itu melalui pelayanan firman dan sakramen serta perawatan pastoral sehari-hari, dengan memperjuangkan keadilan sosial dan menyembuhkan duka dan derita manusia.

    TATA IBADAH DAN CARA HIDUP

    Sebagai penerus sekaligus pembaharu fundamentalisme, kaum Injili mewarisi sebagian besar ajaran dan semangat kaum fundamentalis. Kaum Injili menekankan kewibawaan mutlak Alkitab sebagai Firman Allah yang tertulis yang telah diilihamkan sepenuhnya oleh Allah. Kaum Injili juga menekankan pentingnya kelahiran baru dan pengudusan hidup sebagai tanda yang nyata dalam kehidupan seorang Kristen. Kaum Injil juga menekankan bahwa keselamatan dan kehidupan rohani secara pribadi itu lebih penting daripada pelayanan sosial atau kiprah dalam politik, meski tidak harus jatuh ke dalam sikap anti-intelektual. Kesamaan kaum Injili dengan kaum fundamentasis terletak pada semangat mereka untuk menjaga dan memelihara ajaran yang tradisional terhadap ancaman teologi dan budaya modern. Namun, kaum Injili tidak menggunakan cara yang ditempuh kaum fundamentalis. Berbeda dari kaum fundamentalis, kaum Injili menanggalkan sikap yang kaku dan separatis. Sebaliknya, mereka lebih bersikap konstruktif yang tidak memandang kebudayaan dan ilmu pengetahuan sebagai musuh-musuh iman tetapi sebagai sarana meningkatkan kualitas kehidupan seorang Kristen.

    PERKEMBANGAN DI DUNIA

    Evangelikalisme adalah istilah yang biasanya merujuk kepada praktik-praktik dan tradisi-tradisi keagamaan yang terdapat Protestan konservatif. Evangelikalisme dicirikan oleh penekanan pada penginjilan, pengalaman pertobatan secara pribadi, iman yang berorientasi pada Alkitab dan keyakinan tentang relevansi iman Kristen pada masalah-masalah kebudayaan. Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, Gereja-gereja, orang-orang, dan gerakan-gerakan sosial Protestan telah sering dicap kaum Injili yang dibedakan dari liberalisme maupun fundamental Protestan.

    Perlu dicatat bahwa di Eropa daratan, kata yang sama dalam bahasa Inggris “Evangelical”, yang biasanya diterjemahkan menjadi “Injili” dalam bahasa Indonesia, biasanya diartikan sebagai Protestan atau bahkan Lutheran seperti yang biasa digunakan dalam terjemahannya ke dalam bahasa Jerman “evangelisch”. Di Jerman, kelompok Protestan yang dikenal sebagai Lutheran di AS dan di berbagai tempat lainnya di seluruh dunia, secara eksklusif disebut sebagai Evangelische atau Injili, yang tergolong ke dalam Gereja Injili di Jerman.

    Kaum Injili tidak memandang kebudayaan dan ilmu pengetahuan sebagai musuh-musuh iman. Hal ini terlihat misalnya dari sikap Harold Ockenga (1905-1985) yang bersama Charles Fuller memprakarsai berdirinya Fuller Theological Seminary. Menurut Ockenga, tugas kaum Injili adalah “merembesi gereja dan masyarakat ketimbang memisahkan diri dari mereka.” Cara ini jelas merupakan kritik sekaligus perbaikan terhadap cara yang digunakan oleh kaum fundamentalis. Ockenga juga berpendapat bahwa pertanyaan-pertanyaan kritis tentang kekristenan harus ditanggapi dalam kerangka berpikir dan belajar secara modern. Karena itu menurutnya kaum Injili harus mendukung kebebasan intelektual, termasuk dalam penelitian teologi dan studi Alkitab.

    Tokoh lain yang terkemuka dalam sejarah gerakan Injili adalah Billy Graham. Billy Graham bahkan dianggap sebagai maskot atau simbol gerakan Injili yang mempunyai hubungan dekat dengan para pejabat di Amerika Serikat. Beliau adalah lulusan Wheaton College, sebuah kampus yang dikenal sangat dipengaruhi paham fundamentalis. Meski demikian, Billy Graham justru menampilkan perbedaan yang mencolok antara kaum Injil dan kaum fundamentalis. Billy Graham dikenal dengan pendekatannya yang inklusif (merangkul) dan menolak pendekatan separatis kaum fundamentalis. Dalam strategi penginjilannya, Billy Graham melibatkan orang-orang yang dikenal berpandangan liberal. Beliau juga punya perhatian dan kepedulian yang besar terhadap berbagai masalah sosial yang ada di masyarakat (politik, hak asasi manusia, kemiskinan, diskriminasi rasial, dan sebagainya). Sayang sekali, tidak semua tokoh dan penganut gerakan Injili memiliki semangat yang sama dengan Ockenga dan Billy Graham. Tidak sedikit kaum Injili yang bersikap kaku dan tertutup, sehingga mereka jatuh pada kesalahan yang sama seperti kaum fundamentalis.

    JALAN MASUK KE INDONESIA

    Gerakan Injili masuk ke Indonesia pada tahun 1950-an, baik secara langsung dari Amerika Serikat maupun dari Eropa. Perkembangan teologi Injili di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peranan sekolah-sekolah teologi yang berdiri pada masa itu, antara lain: Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT, berdiri tahun 1952) dan Institut Injili Indonesia (I-3, berdiri tahun 1959). Gerakan Injili di Indonesia juga disuburkan oleh kaum Injili di Jerman yang memberikan dukungan terhadap Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil di Indonesia (YPPII), dan oleh kaum Injili di Inggris melalui Overseas Missionary Fellowship (OMF) yang mengirimkan para misonari mereka untuk melayani di beberapa gereja dan lembaga Kristen di Indonesia. Sedangkan penyebaran di kalangan mahasiswa dilakukan melalui Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia yang merupakan kepanjangan tangan dari Campus Crusades for Christ.

    PERKEMBANGAN DI INDONESIA

    Patut dicatat bahwa sama seperti gerakan/aliran Kharismatik, gerakan/aliran Injili ini mengalami perkembangan yang sangat pesat di hampir seluruh wilayah Indonesia. Semula gerakan/aliran ini tidak bermaksud mendirikan organisasi gereja yang baru di Indonesia, melainkan hendak membawa gereja-gereja yang ada kepada pembaruan, atau kembali kepada ajaran yang benar, yaitu yang Injili. Tetapi dalam kenyataannya sejak 1960-an telah berdiri sejumlah gereja yang baru, yang secara gamblang memakai istilah Injili pada nama yang digunakan, ataupun mengaku diri sebagai bagian dari gerakan atau gereja yang Injili. Dan belakangan ini gereja-gereja beraliran Injili membentuk sebuah wadah perhimpunan yang bernama Persekutuan Injili Indonesia (PII).

    INSTITUSI DAN ORGANISASI

    SUMBER PUSTAKA.
    http://id.wikipedia.org/wiki/Evangelikalisme
    http://suplemengki.com/?p=576
    Jurnal Intim No. 4 – Semester Genap 2003 oleh Pdt. Daniel Sopamena M.Th