Gereja Pentakosta Indonesia

Posted on Juli 10, 2010 oleh

7


ALAMAT
Jl Sisingamangaraja no 9
PEMATANG SIANTAR -SUMATERA UTARA
Telp: (0622) 27962

STATISTIK
Denominasi gereja: pantekostal
Jumlah wilayah pelayanan: 11 propinsi
Jumlah jemaat: 1015 sidang
Jumlah anggota jemaat:
Jumlah hamba Tuhan: 130 pendeta, 2500 Guru Injil, Sintua, Penginjil.

BADAN PENGURUS
Ketua Umum :Rev. Dr. M.H Siburian, M.Min
Sekretaris:Pdt. Drs. J. Manurung
Bendahara: Pdt. Drs. J.W Panjaitan

TENTANG GEREJA
Gereja Pentakosta Indonesia adalah gereja kristen beraliran pentakosta terbesar di wilayah Sumatera Utara, yang mayoritas beraliran Lutheran dan pendirinya adalah Pendeta Evangelis Renatus Siburian yang adalah satu-satunya pioner gerakan Pentakosta yang paling berhasil dan pertama di daerah Tapanuli Utara khususnya dan kemudian Sumatera Utara.

Walau banyak cobaan dalam menjalani pelayanan di Tapanuli. Pendeta Renatus Siburian tetap saja bertahan dan semakin berkobar dalam memberitakan Injil. ia pernah ditangkap oleh Pemerintahan Jepang, kemudian dikucilkan dari kehidupan masyarakat karena dianggap membawa ajaran yang menurut mereka tidak cocok dengan doktrin yang sudah ada. Sehingga buah dari ketekunannya adalah orang-orang yang hanya melihat-lihat tadi malah menyerahkan dirinya untuk dibabtis. Dalam pekerjaannya sebagai pembabtis air, sudah puluhan ribu orang yang dibabtiskannya. Banyaknya orang yang dibabtiskan dalam upacara babtisan tadi sangat bervariasi, antara 100 sampai 1200 orang dalam setiap upacara babtisan. Itulah sebabnya Pendeta Siburian selalu dibantu 4 sampai 12 orang Pendeta pada waktu acara pembabtisan diadakan.

SEJARAH GEREJA
1931 – 1935
Bekerja sebagai pegawai perusahaan NKPM di Palembang, dan saat itulah dia bertobat. Dia menjadi anggota muda-mudi gereja di bawah pimpinan Pendeta Siwi.

1935
Meninggalkan pekerjaannya di perusahaan minyak dan pergi ke Surabaya untuk masuk sekolah Alkitab karena merasa terpanggil untuk menginjil.
1936:
Tamatan Sekolah Alkitab Jalan Embong Malang, Surabaya dengan gurunya Pendeta W. Patterson.

1937
Setelah selesai Sekolah Alkitab, diangkat menjadi Evangelist oleh Hof Bestur De Pinster Kerk untuk daerah kerja Noort, Sumatera, sambil menunggu hasil permohonan izinnya yang diajukan ke Gubernur General yaitu Rechtperson 177 sesuai dengan permohonan.

1937
Sambil menunggu hasil permohonan, Pendeta Renatus Siburian menginjil ke tanah Karo bekerjasama dengan Pendeta Purba setelah Pendeta Siburian kembali dari Malaysia/Malaka.

1938
Menginjil dan membuka gereja di Berastagi, tetapi mendapat halangan dari Pemerintah Belanda karena besleit atau izin untuk menginjil belum juga dikeluarkan oleh Gubernur General. Setelah mendapat halangan dari Pemerintah Belanda di Berastagi, Pendeta Siburian pindah ke kota Medan ibukota Sumatera Utara untuk menginjil. Hanya beberapa bulan di sana banyak yang telah bertobat dan berhasil membuka siding yang semua anggotanya terdiri dari orang Tionghoa. Di sini pemerintah Belanda kembali memanggil Pendeta Siburian dan menyatakan bahwa dia tidak boleh membuka siding di kota itu karena besleit, izin penginjil tidak ada atau belum keluar dari Gubernur.

1939
Oleh karena tekanan Pemerintah Belanda pada Pendeta Siburian sedah begitu gencar, maka Pendeta Siburian pindah ke satu kota kecil bernama Kisaran, dan bekerja sebagai guru agama di gereja HCB (Huria Christian Batak) satu gereja beraliran Protestan. Dengan demikian dia dapat melakukan kegiatan penginjilannya di sekitar daerah itu dengan gerakan Roh Kudus di daerah Asahan dan Labuhan batu. Bahkan pada saat itu banyak orang yang dibabtiskannya (babtisan selam) termasuk beberapa anggota gereja HCB tadi.

1941
Oleh karena merasa gerakan penginjilannya terbatas di daerah tersebut lebih sebagai guru agama HCB, maka beliau menuju kota Balige di Tapanuli Utara, dan mulai mengadakan gerakan penginjilan di daerah itu. Kemudian daripada itu Pendeta Simanjuntak dating dan beliau bekerjasama dengan Pendeta Siburian. Sementara itu izin dari Gubernur General tidak dapat diharapkan lagi bias diterima oleh Pendeta Siburian sebab Pemerintah Belanda telah mencapnya sebagai Nasionalist, yang pada waktu itu sangat dibenci oleh Belanda. Sampai saat itu Pendeta Siburian belum lagi membuka organisasi agama walaupun sebenarnya orang yang bertobt sudah demikian banyak.

Pada mulanya Pendeta Siburian beranggapan bahwa tidak perlu untuk membuka organisasi agama, yang penting adalah menginjil. Tetapi masalah yang timbul adalah bahwa orang-orang yang telah bertobat tadi yang telah dibabtis yang jumlahnya sudah ribuan orang , tidak mempunyai tempat peribadahan yang tetap. Sebab sudah sudah tentu tidak diterima lagi di dalam gereja asalnya kalau dahulu mereka mempunyai gereja asal. Demikian juga bagi mereka yang bertobat dari sipelebegu (animisme), mereka menginginkan tempat tertentu unutk beribadah. Selain itu mereka yang telah bertobat tadi banyak yang sudah dikucilkan dari addat masyarakat kampung dan organisasi desa sebab mereka dianggap manusia aneh, dengan cara mereka beribadah, tepuk tangan dalam puji-pujian, berdoa dengan suara yang kuat, dan lebih mementingkan pekerjaan Tuhan dari lainnya. Hal yang baru ini belum dapat diterima banyak orang pada waktu itu. Sehingga pengucilan kepada orang-orang lahir baru ini terjadi hampir di segala pelosok.

1942
Barulah pada tahun ini Pendeta Siburian membentuk suatu organisasi keagamaan yang dinamakan “Gereja Pentakosta Tanah Batak Tapanuli” . Ini dimungkinkan karena pada waktu itu adalah peralihan pemerintahan Belanda ke pemerintahan Jepang. Itulah sebabnya semasa hidupnya Pendeta Siburian berkata bahwa Kemerdekaan Indonesia baginya sangat mendalam sekali. Oleh karena kemerdekaanlah maka dia dapat hidup sebagai orang yang mempunyai hak untuk dapat menganut dan menjalankan tugas Injilnya dengan baik. Dan organisasi gereja ini adalah independent, tidak berafiliasi dengan organisasi lain. Ada yang beranggapan bahwa gereja ini berinduk kepada GPDI, hal ini tidak benar, sebab gereja yang dibentuk ini tidak pernah mendaftarkan diri kepadda organisasi lain. Ketuanyapun pada waktu pendirian organisasi gereja itu adalah Pendeta Renatus Siburian. Organisasi Gereja Pentakosta ini pertama kali didirikan di Paranginan, Tapanuli Utara.

Sejak itu penginjilan dengan nama Gereja Pentakosta ini mengembang sampai ke seluruh pelosok Tapanuli Utara. Boleh dikatakan tidak ada pelosok Tapanuli Utara yang tidak dijelajahi untuk menyebarkan Injil Yesus. Gereja ini berkembang dengan baik dan kemudian menyabar sampai ke Sumatera Timur. Pada waktu penyebaran Injil dan perkembangan gereja ini , tidak sedikit percobaan. Pemerintah Jepang mulai dipengaruhi oleh orang-orang tertentu supaya Gereja Pentakosta ditutup saja. Sebab dari satu Gereja yang didirikan sekarang sudah ratusan gereja yang dibuka. Dan ini terjadi pula di daerah Simalungun dimana banyak gereja di bawah pimpinan Pendeta Siburian ditutup oleh pemerintah Jepang, tetapi setelah Pendeta Siburian menghadap Gudsebu Pemerintahan Jepang kemudian diizinkan untuk membuka kembali.

Pengembangan penginjilan yang demikian pesat adalah ditunjang oleh banyaknya tanda-tanda heran dan mujizat yang terjadi di setiap kebaktian massal (KKR) maupun kebaktian rutin. Gereja ini berkembang menjadi Evangelical Church yang murni. Gereja tersebut berkembang menjadi geraja Injili yang fungsinya bukan lagi hanya menampung orang-orang percaya tetapi menjadi pusat gerakan penginjilan di seluruh Tanah Batak dan kemudian Sumatera Timur (sekarang masuk Sumatera Utara). Gereja ini tentu menjadi penggerak penginjilan pentakostawi.

1944
Gereja Pentakosta Tapanuli ini mengadakan synode yang langsung dipimpin oleh Pendeta Renatus Siburian. Melihat perkembangan yang sudah melebar sampai luar Tapanuli (kabupaten) maka di synode itu diputuskan untuk mengganti nama gereja ini menjadi Gereja Pentakosta Sumatera Utara (Sumatera Utara adalah propinsi).

1945
Pendeta Siburian mendaftarkan organisasi gereja ini ke Pemerintah Republik Indonesia di pulau Jawa melalui Jawatan agama Tapanuli/ Pulau Jawa. Visi Pendeta Siburian mengenai gereja ini terbuka, ketika dia sadar bahwa gereja ini bisa berkembang ke segala pelosok. Pada mulanya dia berpikir bahwa gerakan ini hanya terjadi di sekitar Tapanulia saja. Namun Tuhan bermaaksud lain, dan ini dengan cepat disadari. Penginjilan ini tidak dapat dibatasi oleh garis perbatasan daerah, sebab penginjilan ini adalah untuk semua manusia.

1948
Gereja Pentakosta Sumatera Utara mengadakan Synode (dipimpin oleh Pendeta Ev. R Siburian ) yang diadakan di kota Balige Tapanuli Utara dan juga memutuskan nama Gereja Pentakosta Sumatera Utara menjadi Gereja Penakosta Indonesia, yang dipakai sampai sekarang .Belakangan hari ada orang yang memakai nama Organisasi Gereja Pentakosta Sumatera Utara, tetapi itu bukanlah lanjutan dari Gereja Pentakosta Sumatera Utara yang didirikan oleh Pendeta Siburian tetapi orang yang keluar atau memisahkan diri dari gereja pimpinan pendeta Siburian mendirikan gereja yang bernama tersebut.

1950
Pendeta Siburian sebagai ketua Gereja ini, kembali mendaftarkan Organisasi Gereja ini ke pemerintahan R.I.di Jakarta dan mendapat Surat Pengukuhan dari menteri kehakiman dan Kementerian Agama di Jakarta. No D/11/13176 tertanggal 24 September 1951dari kementerian Agama, dan No 1A 5/114/21 tertanggal24-9-1952, dari Departemen Kehakiman.

1959
Rombongan Pendeta Siburian mengadakan kunjungan Penginjilan ke Pulau Nias sebuah pulau yang pada waktu itu ditempum empat hari naik kapal kecil lautan Hindia. mereka menginjil dan membuka Gereja disana bersama -sama dengan penduduk setempat antara lain Pendeta Harefa..Sekarang Gereja Pentakosta Indonesia ada 172 sidang di pulau tersebut.

1987
20 Juni
Hamba Tuhan Pendeta Evanggelis Renatus Siburian dipanggil oleh Tuhan Yesus di Soga untuk beritirahat dari segala kesusahan dan perjuangan salibnya di atas bumi ini. Dia telah menyelesaikan pekerjaan dan panggilannya dengan baik dan penuh pengabdian. Dia meninggalkan begitu besar pekerjaan untuk kita , dan dia ingin agar kita yang ditinggalkannya dapat meneladaninya sebagaimana dia telah meneladani Kristus. Ketika upacara pengebumiannya diadakan, lebih dari 12.000 orang yang hadir dan ribuan orang yang hadir siang malam di rumah duka (selama 4 hari) untuk mengucapka salam akir mereka kepada Bapak Rohani umat Pentakosta.
1962
sebagai sponsor Persekutuan Pendeta-Pendeta aliran Roh Kudus Seluruh Indonesia dan juga menjadi Ketua Kerjasma Pendeta-Pendeta Aliran Roh Kudus.
1964
menjadi Ketua I Dewan Kerjasama Gereja Pentakosta Indonesia.
1970
menghadiri konfrensi Gereja Aliran Pentakosta sedunia di Dallas Amerika Serikat.
1982
mengadakan kunjungan penginjilan ke Malaysia dan Singapura.

YAYASAN & LEMBAGA MILIK GEREJA
Sekolah Alkitab Gereja Pentakosta Indonesia (SEAGPI).

Ditandai: